Saya sungguh berharap hidup punya tombol pause dan auto correct.
Seorang teman baru saja curhat tentang masalah pribadinya. Bahkan pada kondisi seperti itu, dia harus tetap kerja, tersenyum, dan melakukan kegiatan sehari-hari. Dia harus menahan kesedihan dan emosinya sampai pulang kerja dan kembali ke kamar. Menyesakkan.
Kami berharap ada tombol pause agar kami punya waktu untuk berduka dan bersedih secukupnya. Agar kami tidak tertinggal oleh dunia yang terus maju jika kami ingin diam sejenak.
Auto correct. Saya mendambakan tombol ini. Agar saya tahu pasti ketika saya berbuat salah. Merasa bersalah adalah beban yang berat. Kadang kesempatan untuk minta maaf tidak pernah ada. Sungguh amat baik jika tombol ini ada. Meski kadang auto correct juga keliru dan membuat salah pengertian, namun paling tidak saya diberi pilihan mana yang kemungkinan benar.
Sayang (atau mungkin untungnya), kita bukan mesin. Tombol pause dan auto correct ini tidak pernah ada.
0 comments