Ekonomi Digital; Pasar Global, Kreativitas Lokal

By Miss Rain - 22.11

Minggu ini, adek saya sering bolak-balik ke kantor jasa pengiriman untuk mengantar paket berisi handphone yang terjual pada diskon akhir tahun 1212 kemarin. Adek saya yang punya usaha jual beli handphone online ini tentu tidak akan melewatkan hari belanja online nasional macam itu. Dia bisa mendapat keuntungan besar pada hari-hari semacam itu. Omzet bisnis adek saya yang dari rumahan ini bisa sampai puluhan juta. Bahkan, dia telah memulai usaha ini sejak dia duduk di bangku kuliah.

Bukan hanya adek saya, beberapa teman kantor juga sibuk usaha sampingan online. Mereka berjualan batik, baju, dan jilbab di Instagram. Walau tinggal di Nganjuk, satu kota kecil di Jawa Timur, omzet penjualannya lumayan. Media sosial bisa mendekatkan jarak. Dagangan mereka bisa dikirim sampai luar daerah bahkan luar pulau. Beberapa teman saya lainnya yang tinggal di Kediri dan Lumajang, punya keahlian desain dan gambar pun mampu hidup dengan berjualan kaos desain mereka melalui sosial media dan market place yang ada banyak di Indonesia.

Salah satu cerita sukses bisnis di era digital ini dialami oleh teman kuliah saya yang membuka usaha produksi dan penjualan jilbab. Omzet bisnisnya dalam sebulan bisa mencapai lebih dari satu milyar rupiah. Dia bahkan sudah melayani penjualan ke Singapura dan Malaysia dalam partai besar. Enam tahun lalu dia memulai usaha kecil dari kamar kos. Sekarang, dia sudah mampu memiliki pabrik besar dan memberdayakan tetangga-tetangganya di desa. Dia meminjamkan modal untuk membeli mesin jahit kepada masyarakat sekitar, kemudian mereka bekerja menjahit jilbab dan menyicil harga mesin jahit tersebut kepada teman saya. Tetangga-tetangganya, terutama ibu rumah tangga dan lulusan sekolah yang dulunya menganggur, sekarang mampu bekerja. Sangat luar biasa. Ekonomi digital telah mensejahterakan masyarakat desanya. Padahal, dia hanya berjualan melalui media sosial facebook dan dua market place di Indonesia.

Tak bisa dipungkiri, keberadaan teknologi telah mampu melebarkan pasar bagi pekerja-pekerja kreatif di Indonesia. Tak peduli di mana pun kamu berada, asalkan ada jaringan internet, kamu bisa menjual barang kreasimu. Apalagi dengan meningkatnya pengguna internet di dunia, kesempatan sangat besar bagi barang-barang kreatif karya pengusaha Indonesia.

Dunia digital merupakan ruang yang penuh sesak dengan pembeli dan penjual. Semua penjual berdesakan mencari pembeli. Hanya yang disukai konsumen lah yang akan menang. Dalam persaingan bebas semacam itu, hanya yang menarik, unik, murah, dan memberikan manfaat lebih lah yang menang. 

Hal inilah yang membuat produk kreativitas lokal Indonesia sangat mungkin menang. Indonesia memiliki banyak potensi kreativitas lokal, baik itu kerajinan kayu, fashion, makanan, sampai hiburan.  Indonesia bisa fokus untuk menjual barang-barang kreativitas lokal yang mampu bersaing dengan barang-barang dari luar negeri. Masih segar di ingatan kita tentang tas anyaman rotan yang populer karena dipakai instagrammer dan fashion blogger luar negeri. Di dalam negeri, harga tas itu sekarang sekitar dua ratus ribu rupiah. Padahal beberapa tahun lalu saat belum terkenal, tas semacam itu ditawarkan di Jalan Malioboro dengan harga sekitar dua puluh ribu rupiah. Selain memperluas pasar, keberadaan internet juga mampu meningkatkan nilai produk kreativitas lokal yang akhirnya dapat mensejahterakan pengrajin. 

Pasar internasional yang luas ini memiliki standar yang tinggi. Pengrajin harus belajar menciptakan barang kreativitas dengan kualitas yang terbaik. Kualitas yang baik ini juga mampu meningkatkan nilai barang. Jadi, barang yang dibuat di Gunungkidul pun juga memiliki kualitas internasional dan laku jika dijual di Hongkong, Tokyo, London, atau New York.

Ekonomi digital sangat membantu bukan hanya bagi pengusaha kecil dan mikro, namun juga bagi pengusaha besar yang memiliki bisnis yang terla maju dan terstruktur. Salah satu produsen kosmetik yang berbasis di Jawa Timur sempat memberikan kartu anggota dan produk cuma-cuma bagi beberapa pengikutnya yang aktif di sosial media. Produsen ini juga yang paling awal memiliki sistem penjualan melalui website, sehingga pembeli dari luar Jawa Timur, apabila kesusahan mendapatkan produk mereka, bisa membeli secara online. Hal itu membuat produk ini terkenal secara nasional sebagai produk yang murah dengan kualitas bagus serta gampang dibeli secara online. Hasilnya, sekarang produk ini banyak tersedia di supermarket besar di Indonesia, bukan hanya Jawa Timur saja. Contoh lainnya, beberapa produsen kosmetik halal Indonesia pun telah melebarkan sayapnya dengan membuka gerai-gerai di Dubai, Uni Emirat Arab. Keberadaan internet membuat produk kosmetik Indonesia tersebut dikenal luas oleh masyarakat Uni Emirat Arab.

Di dalam negeri, salah satu keuntungan internet ialah mengurangi angka urbanisasi ke kota-kota besar. Masyarakat bisa memulai usaha di kota kecil asalkan ada jaringan internet. Jasa pengiriman atau pos pun telah mampu mengakses wilayah yang  terpencil Indonesia. Masyarakat tidak perlu ramai-ramai ke kota untuk mengais rejeki. Proses produksi bisa dilakukan di tempat barang mentah itu berada.

Ekonomi digital membutuhkan manusia dengan kreativitas tinggi yang ulet dan mampu bersaing secara global. Sumber daya manusia itulah motor utama penggerak ekonomi digital agar tidak kalah saing dalam meraih kesempatan besar ini. Selanjutnya, ekonomi digital akan mampu mensejahterakan masyarakat bahkan sampai ke pelosok-pelosok Indonesia.

#Ecodigi

  • Share:

You Might Also Like

0 comments