[Serial Lupus] Kegiatan Lelaki Sejati

By Miss Rain - 23.59

“Lupus, main yuk!” teriak Boim dan Gusur barengan dari balik pagar rumah Lupus.
“Apaan sih lo, Im, teriak-teriak pagi-pagi buta di depan rumah orang. Dimarahi mami tuh.” Bentak Lupus dari balik jendela rumahnya.
“Pus, keluar dong! Yuk, kita lari pagi di taman depan kompleks sana. Kalo minggu pagi gini, banyak cewek-cewek  yang pada olah raga di sana.” Lupus ngelihat Boim udah siap dengan baju olah raga warna putih dan sepatu lari. Baju olah raga putih itu terlihat sangat kontras di kulit Boim yang hitam dan dekil.
“Ayo, Pus. Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. Alam dan suasana sejuk di pagi hari juga akan memberikan inspirasi bagi daku untuk menciptakan puisi yang menggelora.” Beda dengan Boim, Gusur cuma make kaos putih bergambar Doraemon, celana gombrong selutut, dan sandal jepit. Emang ngga jelas tuh anak mau olah raga apa ngejar layangan.
“Oke. Tunggu gue 15 menit ya. Gue pamitan sama mami dulu.”
Ngga berapa lama, Lupus udah siap dengan baju dan sepatu olah raga. Tak lupa, jambul kesayangannya pun udah berdiri tegak. Siap saingan sama jambul di Jambang, ayam jago tetangga sebelah. Mereka bertiga menuju taman dengan berjalan kaki sambil tertawa-tawa.
Nyampe taman, mereka beraksi, sok-sokan lari-lari kecil biar kelihatan keren. Sayangnya, kondisi taman yang dimaksud ngga sesuai dengan harapan. Bukannya banyak cewek-cewek lagi olah raga, taman itu malah dipenuhi oleh lansia yang jalan kaki dengan tongkat dan ibu-ibu yang mendorong kereta bayi.
“Lah pus, mana cewek cantiknya?” Boim bengong.
“Lha mana gue tahu, Im? Kan elo yang bilang kalo taman ini banyak ceweknya. Jadi mana ceweknya, Im?” Lupus balik nanya.
“Kawan, janganlah engkau patah semangat. Baru menjejakkan kaki selangkah di pintu taman saja kalian sudah pesimis. Hidup itu berat, kawan. Jalan menuju kebahagian itu terjal. Mari daku bimbing kalian menuju ke dalam kebahagiaan yang menanti di tengah taman ini.’ Gusur langsung saja berjalan menuju ke dalam. Boim dan Lupus saling berpandangan sebelum berjalan mengikuti Gusur.
“Mana Sur ceweknya? Tetep aja ngga ada cewek. Harusnya sih tadi tetep tidur aja di kamar. Siangnya baru kita nge-mall buat nyari cewek. Di tengah sini sepi. Banyak nyamuk pula.” Boim mulai nepuk-nepuk pipinya yang dikerubuti nyamuk.
“Daku pun bingung, wahai kawan. Biasanya di dekat sumber air banyak bidadari yang menumpang mandi.” Gusur mendeklamasikan puisinya sambil menunjuk danau kecil di tengah taman.
“Referensi yang lo pake jaman kapan sih, Sur?” Lupus mulai bete karena digigiti nyamuk.
“Sabar kawan. Sebagai pemuda harapan bangsa penerus cita-cita ibu pertiwi, kita tidak boleh patah asa. Jika tiada cewek di muka bumi, kita bisa melakukan  kegiatan ala lelaki sejati.” Kata Gusur sambil menggoyang-goyangkan  kakinya yang terbuka agar tidak digigit nyamuk. “Salah satu kegiatan lelaki sejati yang bisa dilakukan di alam liar semacam ini yaitu berpetualang, kawan.” Kali ini, gerakan Gusur lebih heboh lagi karena tangan, muka, dan kepalanya pun mulai dikerubuti nyamuk. Sepertinya para nyamuk udah tahu siapa yang punya persediaan darah segar paling banyak. Gerakannya jadi mirip tarian pemanggil hujan suku Timbuktu di pedalaman Afrika sana. Kehilangan konsentrasi karena ngobrol sambil asyik menari untuk menghindari nyamuk, Gusur pun jatuh ke dalam kolam.

“Nikmatin tuh, Sur, kegiatan lelaki sejati di alam liar. Kecebur kolam pagi-pagi.” Kata Lupus dan Boim sambil ketawa keras-keras. 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments