Dulu, jawaban dari judul di atas
sangatlah mudah, yaitu saya tidak percaya pada yang namanya ramalan. Saya
mengerti bagaimana penjelasan ilmiah dari ramalan. Bagaimana ramalan bisa
terlihat sangat masuk akal bagi seseorang. Itulah alasan mengapa saya tidak
percaya pada ramalan.
Kejadian yang akan saya ceritakan
dimulai awal tahun lalu. Saya tidak tahu bagaimana mulainya, saya mendaftar di salah
satu situs astrologi di internet yang menawarkan jasa ramalan untuk tahun 2013.
Entah karena iklan tersebut berada di laman Psychology
Today yang saya pikir terpercaya atau alasan lainnya, saya tertarik untuk
iseng-iseng mencoba mendaftar. Toh gratis.
Beberapa waktu kemudian, hasil ramalan
untuk saya masuk ke dalam email saya. Ramalan saya untuk tahun 2013 rata-rata
bagus. Kehidupan profesional, asmara, sampai keuangan saya oke di tahun ini. Sangat
jauh jika dibandingkan kehidupan saya di tahun 2012 kemarin yang
terlunta-lunta. Saya bahagia. Saya mulai sedikit percaya.
Seiring berjalannya waktu, saya mulai
melupakan isi ramalan itu. Saya memutuskan biarlah hidup berjalan dengan normal
begitu adanya. Tanpa ada intervensi apapun dari saya. Tiba-tiba muncullah email
kedua dari orang yang mengaku sebagai my professional
astrologer and friend. Email
tersebut menyebutkan bahwa saya akan mengalami kemalangan dalam beberapa hari
ini. Saya panik. Email tersebut saya baca pada Hari Kamis pagi. Beberapa jam
sebelum saya berangkat kuliah.
Di kelas, saya cemas. Sepanjang hari,
saya sibuk sendiri. Menerka-nerka hal buruk apakah yang akan datang kepada
saya. Sore menjelang, kelas bubar, waktunya pulang. Tak ada hal buruk yang
datang. Semua biasa-biasa saja. Saya masih berfikir,”Mungkin hal buruknya tidak
akan datang hari ini. Tapi besok. Kita lihat saja.” Besoknya, dan juga besoknya
lagi, semua berjalan dengan normal. Hanya ada satu perbedaan kecil dengan
hari-hari kuliah sebelumnya. Kami, satu kelas, mendapatkan tugas rumah yang
sangat banyak. Banyak ujian pula untuk minggu depan. Inikah yang dimaksud hal
buruk itu? Tugas dan ujian? Ya ampun. Rugi banget kepikiran tiga hari ini. Saya
lebih capek mikirin isi ramalan ketimbang ngerjain tugas. Pfyuuhh.....
Sejak hari itu, saya memutuskan untuk
tidak lagi membaca ramalan yang dikirimkan oleh my professional astrologer and friend tersebut. Saya berencana
untuk membuka semua email tersebut tahun depan. Saya ingin membandingkan isi
email tersebut dengan kenyataan yang saya alami tahun 2013. Ini iseng-iseng
saja sih. Akhirnya saya jadi rajin lagi nulis buku harian. Untunglah saya juga berkomitmen
untuk menulis blog seminggu sekali. Lumayan, buat tambahan data.
Untuk jawaban pertanyaan di atas, awal
tahun ini saya akan dengan sangat yakin menjawab saya tidak percaya ramalan.
Namun malam ini, saya merasa bahwa saya harus mencari tahu apakah saya harus
percaya ramalan atau tidak. Jika percaya, seberapa besar taraf kepercayaan yang
saya miliki. Berapa nilai p yang saya peroleh?
Terkait ramalan sendiri, salah seorang
teman pernah berkata tegas bahwa dia tidak akan percaya ramalan. Dia berkata
bahwa ibadah orang yang menadahkan tangannya pada peramal tersebut tidak akan
diterima oleh Tuhan selama 40 hari. Saya hanya merasa bahwa saya tidak bisa
berkata ‘tidak’ tanpa dasar. Walaupun seyogyanya saya juga enggan untuk
percaya. Jika memang Tuhan melarang manusia untuk percaya ramalan, pasti ada
alasannya. Satu yang saya tahu, salah satu alasannya mungkin untuk mengurangi
kecemasan atas apa yang akan terjadi. Seperti saya yang rugi waktu dan tenaga gara-gara
cemas tanpa jelas juntrungannya.
Oke, waktu
berjalan. Saya juga sibuk
hidup. Saya belum mencapai keputusan akhir. Untuk sementara ini masih di
'saya tidak percaya ramalan' dengan alasan kesehatan mental. Kita lihat
saja tahun depan.
0 comments