Kenapa bikin postingan dengan judul ini? Entahlah. Mungkin karena saya nganggur dan saking ngga ada idenya mau nulis apa. Jadi akhirnya keluarlah film-film bagus tapi menyebalkan versi saya. Bagusnya kenapa? Ya, macam-macam. Semuanya rata-rata film yang disukai banyak orang. Tapi saya sebal karena beberapa alasan. Kita mulai dari yang paling menyebalkan ya.
1. Red Cliff (2009)
Durasi film ini lama sekali. 148 menit. 2 jam lebih. Dihabiskan dengan perang dan adu siasat. Perangnya pun heboh dan canggih, mulai dari panah-panahan, perang di atas kapal, bahkan terakhir menggunakan senjata biologi (virus) yang membuat banyak rakyat tak berdosa mati. Kalo ditanya film kolosal tentang perang yang heboh, film ini pasti bakal disebut.
Film ini juga ada Takeshi Kaneshiro. 2 jam lebih nonton mas Takeshi wara-wiri bingung ke sana-ke mari ngobatin orang (dia jadi tabib istana), ya asyik-asyik aja . Ngga masalah. Bahagia malah. Ada Tony Leung dan Vicky Zhao juga. :))
Terus, apa yang bikin menyebalkan? Jadi, setelah berlelah-lelah nonton 2 jam-an film ini, saya pikir alasan mereka perang sedemikian hebohnya itu gara-gara perbedaan ideologi, perebutan kekuasaan, tanah, kemerdekaan, atau sejenisnya. Ternyata bukan sodara-sodara. Setelah adegan klimaks perang dengan senjata biologis yang dilakukan oleh pihak lawan, ada adegan antiklimaks si raja dan ratu negara yang kalah itu ngobrol di istana. Habis ngobrol, si ratu diam-diam menemui pimpinan lawan dan bersedia jadi istrinya kalau perang dihentikan. Dan perangnya beneran dihentikan. *tepok jidat*
Jadi semua adegan perang yang berdarah-darah itu semua cuma karena rebutan cewek. Ya Allah Gusti, ampuni hambamu ini. Kalau alasannya gitu doang, kenapa ngga menyerah aja dari awal mbak, ngga usah perang, mengorbankan banyak prajurit dan rakyat yang ngga tahu apa-apa. Emangnya cuma kisah cintamu doang yang penting? Kisah cinta jutaan rakyatmu ngga penting? Padahal di awal-awal ada banyak adegan istri kehilangan suami, anak kehilangan orang tua, sahabat meninggal, dan lainnya. Ku sedih dan kesal. Ngga peduli, akhirnya film dimatikan saja. Ku sudah ngga peduli lagi akhirnya siapa yang menang.
3 orang yang layak dibuang ke kali.
Kalo permasalahannya cuma cinta, kenapa pake perang segala sih? Kenapa ngga ngasih aja bunga, coklat, puisi, atau apa aja suka-suka situ lah. Kalau mau rada heboh dan dikenang sampai ratusan tahun kemudian, kenapa ngga bangun aja seribu candi. Perang sedemikian heboh aja bisa. Bikin candi pasti urusan kecil. Masnya kurang kreatif juga sih. Atau dua orang itu tinju, catur, main gundu, lomba lari? Mbuh ah. Ku pusing dan kesal lagi. Pokoknya udah, film ini nyebelinnya sampai ke ubun-ubun. Nyesal juga udah sedih-sedih di awal.
2. Marie Antoinette (2006)
Nonton film ini karena ada Kirsten Dunst. Ternyata film ini durasinya lama sekali, 2 jam 7 menit. Saya pikir film ini ngga bakalan bikin bosan karena warna-warni, tapi nyatanya saya menyerah. Saya nonton film ini berdua sama teman kos. Kami sampai ketiduran beberapa kali dan adegan masih tetap sama, Mbak Kirsten bangun pagi, duduk, berdiri, dayang-dayangnya makein baju, makan sama Louis jauh-jauhan, begitu terus. Saya ingat saya sampai ketiduran dua kali, dan adegannya ya masih gitu-gitu aja, cuma warna bajunya aja yang beda.
Kalau ada yang nanya cerita film ini gimana, ku ngga bisa jawab. Lha perasaan yang saya tonton cuma orang ganti baju dan makan doang. Ngga ngerti lagi deh.
3. Australia (2008)
Awal-awal film mikir adegannya mirip kayak The Piano-nya Jane Champion, tentang wanita Inggris yang terpaksa harus pindah ke benua/pulau baru dan tinggal di sana. Lha tapi kalo The Piano jadinya syahdu, Australia entah lah. Ngga begitu paham film ini ceritanya bagaimana, yang keinget cuma adegan anak Aborigin yang terjebak di tangki air. Itu doang yang berkesan. Lainnya, seingat saya cuma adegan menggiring ternak.
Film ini pun lama sekali. Karena adegan menggiring ternaknya lama sekali dan saya bosan, ya udah saya matiin. Tapi kata orang-orang film ini bagus. Jadi kalo ada yang mau nonton ya silakan. Siapa tahu suka.
4. In the Mood for Love (2000)
*melindungi kepala takut kena timpuk*
Filmnya Wong Kar Wai ini penggemarnya banyak sekali. Saya pun penasaran dan nonton. Tapi ternyata sodara-sodara, saya bosan. Film ini lambat sekali. Jadi ada adegan yang diulang-ulang dan penambahannya dikit banget. Hari pertama, adegan Tony Leung dan Maggie Cheung papasan mau beli mie. Ngga saling nyapa. Hari kedua papasan lagi, cuma saling lirik. Hari ketiga papasan lagi, cuma senyum dikit. Hari berikutnya senyum agak lebar. Besoknya menyapa. Lusanya lagi ngobrol dikit. Tulatnya ngobrol agak banyak. Tubin beli mie-nya barengan.
Waktu itu sebelum nonton, udah nyuri-nyuri baca sana-sini. Jadi begitu adegan mau jatuh cinta saja lama banget, lalu pas jatuh cintanya kapan? Ini nanti mereka selingkuh dari pasangan masing-masing kan? Wah, pasti kelamaan juga ntar ngga cak cek cak cek wat wet wat wet. Keburu kiamat.
Tapi memang gambarnya cantik-cantik. Syutingnya yang kebanyakan waktu malam juga bikin suasana jadi sendu. Waktu cerita sama teman perihal film ini yang pelan sekali, teman bilang di situlah seninya. Jatuh cinta kan memang pelan-pelan. Ya ya, terserah lah. Tapi saya ngga selesai nonton film ini.
Itu tadi film-film bagus tapi menyebalkan buat saya. Ada banyak sih sebenarnya film yang ngga selesai ditonton karena filmnya jelek. Kalo semacam ini sih, ya ngga usah dibahas ya. ;))
Kebanyakan film lama ya. Soalnya akhir-akhir ini jarang nonton film. Gimana menurut kalian?
Kiki