Dulu, sewaktu SMP, saya pernah nonton acara BBC atau Discovery Channel yang judulnya "Berkah Penjajahan". Pembawa acaranya kakek-kakek bule pakai baju kompeni gitu. Si kakek ngomong sambil duduk di depan gedung Boscha di Lembang. Acaranya sih bahas tentang produksi kina di Jawa Barat, terutama untuk konsumsi Belanda di Batavia dan masyarakat pribumi yang mengerjakan Jalan Raya Anyer-Panarukan di masa Gubernur Jenderal Daendels. Pada masa itu, pembangunan jalan mengharuskan pekerja untuk membuka hutan dan rawa-rawa habitat nyamuk, sehingga banyak pekerja yang meninggal karena malaria. Pada saat itu, orang Belanda melihat bahwa masyarakat menggunakan obat tradisional dari kina. Mereka kemudian meneliti tanaman kina untuk pengobatan malaria. Setelah hasilnya positif, mereka memutuskan untuk membuat perkebunan kina beserta pabrik pengolahannya. Untuk alasan itulah dibuka lahan kina dan pabrik kina besar-besaran di Jawa Barat, terutama daerah sekitar Bandung.
Hari Minggu beberapa waktu yang lalu, saya mendapatkan kesempatan bersama Komunitas Aleut untuk mengunjungi bekas pabrik dan perkebunan kina pada masa Belanda di daerah Cikembang, dekat Sukasari Kabupaten Bandung. Jika bertanya pada saya di mana posisi persisnya, sungguh maaf sekali, saya lupa. Tapi perjalanan dari Kota Bandung memakan waktu sekitar 3 jam-an ke arah tenggara.
Pabrik dulunya juga mengolah kina menjadi serbuk yang langsung dapat dikonsumsi untuk obat malaria. Pabrik ini berada di lokasi yang dekat dengan perkebunan kina, sehingga yang telah dipetik dapat langsung di olah di pabrik.
Sisa-sisa bangunan pabrik kina di Cikembang.
Pabriknya saat ini hanya berupa tembok-tembok yang terbengkalai. Tidak dimanfaatkan untuk apapun. Lahan untuk tanaman kina pun sudah tidak ada dan dialihkan untuk perkebunan kopi. Satu area dengan bekas pabrik kina tersebut digunakan sebagai area pengolahan kopi. Perkebunan kopi ini dikelola oleh PTPN VIII Kebun Talun Santosa Afdeling Cikembang.
Tanaman Kina
Sumber: di sini.
Tanaman yang memiliki nama latin Cinchona succirubra ini pada masa Belanda hanya dimanfaatkan untuk obat malaria. Pada masa itu, banyak orang Belanda di Batavia yang meninggal karena malaria, sehingga penanaman dan produksi kina masih dilakukan di Jawa Barat. Bagian tanaman yang dimanfaatkan yaitu bagian kulit batangnya untuk selanjutnya diolah menjadi serbuk atau garam kina.
Alasan saya turut serta menapak jejak kina di Jawa Barat sebenarnya dendam pribadi. Jadi pada tayangan BBC yang saya tonton dulu, si pembawa acara sempat mengatakan,"berkah penjajahan Belanda di Pulau Jawa, maka kina diproduksi di sini. Bukan hanya untuk mengobati malaria pada masyarakat pribumi yang kerja paksa membuat jalan dan orang Belanda, namun kina juga diekspor ke beberapa negara. Produksi kina dari Jawa ini mampu mengobati penderita malaria di banyak tempat lain yang pada saat itu menjadi wabah penyakit mematikan bagi dunia." Si pembawa acara sangat menekankan penyebaran kina kepada masyarakat dunia merupakan akibat dari Belanda yang menjajah Pulau Jawa. Seolah-olah, jika Belanda tidak ada, maka kita tidak bisa mengolah dan mengekspor kina.
Akhirnya setelah kesampaian juga ikut tur kina, ternyata saya masih dapat bonus untuk mengunjungi Pabrik Teh Sukasari dan Petilasan Dipatiukur yang juga merupakan Hulu Sungai Citarum atau Titik Nol Citarum. Saya bagi foto-fotonya aja.
Java Volcano Taloon Coffee
Kopi yang dijemur.
Rama-rama.
Pabrik teh Sukasari
Kebun teh di sepanjang jalan.
Citarum nol kilometer