Berapa sisa uang bulan ini?
Ngggg... nganu. Masih cukup kok. *sambil melihat saldo rekening yang jumlahnya mengenaskan.*
Apa ada yang kayak saya, hidup dari paycheck to paycheck? Wah, PR banget ini buat saya. Perasaan kalo awal bulan, dihitung bakalan cukup banget, bisa nabung, dan investasi pula. Tapi apa daya, menjelang akhir bulan kok rasanya jadi kayak orang paling miskin sedunia gini. *salahkan situs belanja online.* Bukan hanya hidup di bawah garis kemiskinan tiap akhir bulan, saya juga ngga punya tabungan. Khawatir juga kan kalo ada keadaan darurat dan saya ngga ada uang sama sekali. Jangan-jangan nanti tua saya tetap begini-begini saja. Bahkan sampai mau pensiun tetap hidup paycheck to paycheck. Sungguh masa depan yang menyeramkan. Khawatir terlunta-lunta pas tua, saya akhirnya belajar mengenai manajemen keuangan. Yah, keuangan buat diri saya sendiri. Bukan keuangan negara. Ngga sanggup saya kalo itu. Berat. Biar Dilan Ibu Sri Mulyani saja.
Berbekal niat luhur tersebut, saya baca banyak buku-buku finansial, follow media sosial financial planner, sampai cari-cari artikel sendiri di internet. Hasilnya? Saya pusing, kakak. Menurut hasil belajar saya sebulan ini, penghasilan per bulan harus dipecah ke dalam beberapa pos :
1. Kebutuhan hidup sehari-hari (bayar kos, makan, arisan, transportasi, dll).
2. Bayar hutang (Cicilan KPR, mobil, motor, panci, dll)
3. Tabungan untuk dana darurat
4. Investasi
5. Asuransi
Untunglah saya ngga punya hutang, jadi nomor dua bisa dicoret (Thanks God). Tabungan dana darurat dan kebutuhan sehari-hari bisa juga disiapkan di awal bulan. Dicatat pula. Biar tidak lebih dari dana yang disiapkan. Lalu bagaimana dengan asuransi dan investasi? Ini nih yang ribet. Saya pingin beli emas, lha tapi ternyata harga emas cenderung turun. Mau beli sukuk, lha kok timbal baliknya hampir sama dengan deposito. Mau beli saham, ngga ngerti apa yang harus dibeli. Pinginnya beli Facebook mumpung sahamnya lagi turun. Biar bisa jadi pemilik Facebook kayak Mas Zuckerberg. Atau beli Disney, soalnya saya suka film kartun.
See, pertimbangan investasi saya dodol sekali.
Untuk orang awam macam saya, paling gampang sih pergi ke bank, lalu minta info produk investasi mereka atau minta tolong manajer investasi profesional. Tinggal dipilih saja yang sesuai dengan profil keuangan kita. Investasinya dikelola secara profesional. Untuk saya sih ini pilihan investasi terbaik. Dari pada saya investasi sendiri, beli saham cuma karena CEO-nya ganteng. Bukannya untung, ntar makin melarat karena bangkrut.
Tapi kalau sudah profesional, sebaiknya investasi sendiri. Soalnya selisih yang dipake bayar manajer investasi lumayan tinggi. Lumayan lah kalo nominal itu bisa sekalian masuk saku kita. Tapi ya, jangan ngasal juga investasinya.
Jadi, gimana persiapan keuangan kalian?
0 comments