Hai semuanya, sebagai orang yang kadang dibilang kutu buku (maunya sih peri buku), di postingan kali ini saya mau cerita buku-buku yang saya beli dan udah dibaca yang menurut saya bagus. Kali-kali aja ada yang mau nyari rekomendasi buku bagus gitu (pura-puranya kalian ngga tahu apa itu goodreads gitu).
Beberapa Buku Favorit Saya
Mulai aja ya daftarnya.
1. Tetralogi Pulau Buru (Pramoedya Ananta Toer)
Yaks, saya baru baca buku-buku legendaris ini tahun lalu. Kenapa? Mahal cyin... Ngga mungkin beli satu-satu juga, soale saya pasti bakalan penasaran sama lanjutannya kalo belinya dicicil. Yah, lebih baik terlambat dari pada tidak baca sama sekali, kan? Hehehehe... Iya, telat juga nih tahu kalo ada perempuan Indonesia yang luar biasa (meski cuma fiksi) yang bernama Nyai Ontosoroh. Yah, ngga usah cerita juga kayaknya semua orang tahu lah ya kalo ini buku-buku bagus.
Namanya juga tetralogi, jadi bukunya jelas ada 4 : Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Yang paling jadi favorit? Hmmmm.... Susah. Bagus semua sih. Saya bingung. Kayaknya seri ini satu-satunya buku berseri yang semuanya bagus. Secara umum, buku ini menceritakan Raden Mas Mince dari masa awal dewasa sampai dengan menghembuskan nafas yang terakhir. Mulai dari perkenalan Mince dengan Nyai Ontosoroh di Suraya, turut serta dalam pergerakan nasional dengan mendirikan Medan Prijaji, sampai dengan akhir perjuangannya. Keren lah pokoknya.
Namanya juga tetralogi, jadi bukunya jelas ada 4 : Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Yang paling jadi favorit? Hmmmm.... Susah. Bagus semua sih. Saya bingung. Kayaknya seri ini satu-satunya buku berseri yang semuanya bagus. Secara umum, buku ini menceritakan Raden Mas Mince dari masa awal dewasa sampai dengan menghembuskan nafas yang terakhir. Mulai dari perkenalan Mince dengan Nyai Ontosoroh di Suraya, turut serta dalam pergerakan nasional dengan mendirikan Medan Prijaji, sampai dengan akhir perjuangannya. Keren lah pokoknya.
Buku-bukunya ngga ikutan difoto soalnya udah keburu dibawa pulang sih. Tebel-tebel soale, jadi udah di-pack duluan dan dibawa pulang. :)
Yang ini juga kayaknya ngga usah diceritain lagi. Lupus yang kurus, hobi ngunyah permen karet, dan kerja di majalah Hai ini adalah figur cowok keren jaman saya SD dulu. Iya, dulu tiap sore saya pasti mantengin serial Lupus di TV. Malah ada satu teman SMA saya yang terinspirasi Gusur buat mencium tanah Bali. Nge-hit banget kan, bo? *nyoba humor tahun 90-an.
Tapi yang bikin spesial, buku ini ditulis ulang sama Hilman lho. Jadi ngga bakalan bingung kalo kamu anak jaman sekarang. Banyak istilah gaul yang udah disesuaikan dengan jaman sekarang. Seru sih sebenarnya, tapi saya juga jadi pingin baca seri lamanya. Penasaran saya sama gaulnya anak muda tahun 1980-an.
Satu buku ini sebenarnya kumpulan dari 5 buku Lupus edisi lama. Beberapa judul buku yang dimuat di sini yaitu : Tangkaplah Daku Kau Kujitak, Cinta Olimpiade, Makhluk Manis dalam Bis, Tragedi Sinemata, dan Topi-Topi Centil. Saya bahkan sudah baca buku ini berkali-kali. Ngga bosan-bosan lho baca kekonyolan Lupus, Lulu, Boim, Gusur, dan teman-teman lainnya. Iya, saya harus beli seri lainnya nih. :)
3. Trilogi Jurnal Jo (Ken Terate)
Ken Terate adalah pengarang teenlit favorit saya jaman SMA. Saya sudah baca hampir semua tulisannya Ken Terate, baik novel maupun cerpennya dia. Semuanya bagus-bagus lho.
Waktu itu, tiba-tiba aja saya kepingin banget buat baca-baca novel remaja gitu. Nah, nama Ken Terate juga lah yang membuat saya mengambil buku Jurnal Jo ini di sebuah persewaan buku di Bandung. Saya ngga pernah kecewa sih sama Ken Terate. Habis baca, sumpah buku ini bagus banget. Kalo boleh dibilang, ini tulisan Ken Terate yang paling bagus yang pernah saya baca. Sumpah! Ceritanya lucu dan polos dari sudut pandang anak SMP yang baru mau puber.
Saking bagusnya buku ini, saya sampai baca buku ini berulang-ulang. Untung di persewaan yang sama, saya juga nemu lanjutannya, Jurnal Jo Online. Wah, sama seperti buku pertamanya, saya juga baca dan sewa buku ini berulang-ulang. Bagus juga soalnya.
Beberapa waktu kemudian, pas main ke Rumah Buku, salah satu toko buku favorit saya di Bandung, saya nemu Jurnal Jo 3 : Episode Cinta di stand buku-buku baru. Wah, seneng banget saya. Ternyata Jurnal Jo 1 dan 2 juga dicetak ulang. Wah, pingin beli semuanya lho, meski untuk buku 1 dan 2, saya bahkan sudah hafal isinya. Tapi berhubung waktu itu saya harus berhemat, akhirnya, saya hanya beli buku ketiganya. Jurnal Jo yang Episode Cinta. Meski ngga selucu buku 1 atau 2, tapi buat saya tetap saja ini buku bagus, lucu, dan jadi salah satu favorit saya.
Jadi kalo kamu mau mengenang masa remaja dulu, belilah buku ini. Bagus-bagus lho. Bahkan saya berniat untuk menghadiahkan buku ini untuk sepupu perempuan saya yang masih remaja. Cuma sayangnya, saya ngga punya sepupu perempuan. T_T Serius, buku ini layak untuk kado.
4. Pulang (Laila S. Chudori)
Dua kata untuk novel ini : Luar biasa!. Meski fiksi, novel ini sarat sejarah. Dengan latar tempat di Paris dan Jakarta, antara kurun waktu yang berbeda. Jakarta, 30 September 1965, Paris, Mei 1968, dan Jakarta, Mei 1998. Tiga peristiwa besar : Perburuan orang-orang yang 'dianggap' anggota Partai Komunis Indonesia, Revolusi Mei 1968 di Paris, dan Reformasi serta kerusuhan Mei 1998 di Jakarta. Pembaca akan dibawa berjalan-jalan di Kota Paris yang romantis, Jakarta tempo dulu yang syahdu, dan Jakarta masa kini yang hiruk pikuk. Belum lagi petualangan di dapur Restoran Tanah Air bersama-sama dengan bumbu yang menggairahkan. Membaca novel ini merupakan pengalaman yang sangat mengasyikan.
Novel ini bercerita tentang 4 'Warga Negara Indonesia' yang dianggap sebagai anggota PKI, tidak dapat kembali ke tanah air, dan berdiam di Paris serta bekerja mengelola sebuah restoran Indonesia. Oh ya, novel ini ditulis berdasarkan kisah nyata lho. Keren kan? Lalu ada pula konflik antara generasi tua dan generasi muda.
Saya ngga tahu harus menulis apa lagi tentang buku yang menjadi pemenang Khatulistiwa Literary Award Tahun 2013 ini. Buku ini sangat layak dibaca. Yah, saya sudah membaca buku ini dua kali. Buku ini selalu membuat saya menangis dan tertawa. Saya juga jatuh cinta dengan bahasa novel ini yang luar biasa cantik. Buku ini merupakan novel Indonesia pertama yang akan saya rekomendasikan untuk dibaca.
5. Finchickup ; Financial Check Up for Ladies (Farah Dini Novita)
Saya ngga pernah berfikir buku ini adalah buku bagus. Buku ini berada di bagian rak-rak buku tentang fashion dan make up. Saya beli buku ini karena tagline di sampul buku yang berbunyi 'Invest but still shopping and spa? No worries ladies?' Nah, berhubung pada waktu itu saya boros abis, maka saya ambil lah buku ini. Habis baca? Ya ampun, ini buku bagus.
Yang paling saya suka dari buku ini yaitu bahasa yang digunakan sederhana dan gampang dipahami bahkan oleh orang awam yang tidak pernah belajar Ekonomi sebelumnya. Lalu, contoh-contoh yang diberikan pun sangat sederhana dan sesuai dengan kondisi manusia modern abad ini : suka beli tiket promo, hobi ngafe, rajin ke bioskop, kalap belanja, dan lainnya.
Hebatnya lagi, Dini, penulis buku ini juga memberikan cara-cara mudah dan gampang untuk menabung dan berinvestasi. Buku ini ngasih informasi yang komprehensif tentang beraneka ragam investasi beserta plus minusnya. Sangat-sangat berguna untuk masa depan. Buku ini lah yang membuat saya pada akhirnya untuk memutuskan berhenti mengejar beasiswa kuliah dan lebih memilih bekerja. Saya ingin berinvestasi. Hehehe... Padahal kerja aja belum, tapi saya sudah berfikir mau berinvestasi apa aja dan berapa keuntungannya dalam beberapa tahun ke depan. *mimpi pingin beli pulau di Pasifik. Hahahahaa.... Iya, saya emang agak matre. Dikit tapi. Dikit banget lho. :)
Ini adalah buku pertama Robert Galbraith, pseudoname dari pengarang serial Harry Potter yag fenomenal, J.K. Rowling. Sama seperti buku-buku J.K. Rowling yang lain, nama-nama tokoh yang ada dalam buku ini pun unik dan cantik-cantik, misalnya Lula Landry. Bagus banget ngga sih namanya.
Buku ini sangat berbeda lho dari serial Harry Potter. Sepertinya, buku ini lebih ditujukan untuk pembaca dewasa. Konflik yang terjadi lumayan juga sih, cukup berbeda dari serial detektif yang lain. Penyelesaian masalah tidak secerdas Holmes sih sebenarnya, tapi itu juga yang membuat cerita buku ini terlihat nyata. Di bagian akhir buku, pasti semua teka-teki terjawab. Begitu juga buku ini. Tapi jujur, saya lebih suka bagian akhir tiap buku Harry Potter. Meski begitu, saya tetap memasukan buku ini di daftar favorit karena buku ini bagus. Iya, buku ini bagus dengan caranya sendiri. J.K. Rowling tidak harus menulis buku yang sama dengan Harry Potter. Mungkin juga dengan menggunakan nama alis Robert Galbraith, J.K Rowling ingin lepas dari nama populer yang menciptakan Harry Potter. Ngga tahu.
Oh ya, buku yang ada di gambar di atas itu Ulat Sutera, padahal yang menurut saya lebih bagus, yang jadi favorit saya tahun 2014 itu yang berjudul Dekut Burung Kukuk. Cuma pas moto, yang Dekut Burung Kukuk sedang dipinjam teman kos. Jadi ya udah, yang difoto yang Ulat Sutera. :)
Beberapa buku berbahasa Inggris yang saya beli tahun lalu.
Lying on the Couch ada di paling atas bersampul biru (yang ada gambar pigura).
7. Lying on the Couch (Irvin D. Yalom)
Nah, satu lagi yang saya selipkan di daftar buku terbaik yang saya beli tahun lalu. Sayang saya baru bacanya awal tahun ini, jadi dia belum masuk di foto. Buku ini masih Berbahasa Inggris dan saya beli di Freud Museum, Vienna. Beli tahun lalu kok baru dibaca? Iya, soalnya buku ini kemarin dikirim langsung ke rumah dari Polandia, jadi saya yang di Bandung ini malah belum baca. Lagi pula, saya kan masih kangen-kangenan sama novel-novel Indonesia. :)
Kenapa buku ini bagus? Karena buku ini bisa menjelaskan dan menggambarkan proses transference dan countertransference dengan sangat bagus. Yang bukan orang Psikologi bingung? Oke, transference intinya yaitu perasaan atau hasrat yang tidak disadari yang berasal dari masa kanak-kanak yang diproyeksikan pada obyek yang baru. Nah, transference ini terjadi pada klien/pasien kepada psikolog/psikiater. Sedangkan countertransference terjadi pada psikolog/psikiater terhadap klien/pasien. Nah jadi, bagaimana kalau si pasien/klien hanya berpura-pura transference, sedangkan si psikolog/psikiater benar-benar mengalami countertransference? Iya, sebagian besar karakter dalam buku penganut Psikoanalisis Freudian. Jadi istilah yang dipakai serta lelucon yang muncul pun berkaitan dengan psikonalisis. Mungkin agak sulit untuk orang awam membaca buku ini.
Konflik yang lain masih banyak kok. Lucu-lucu pula, tapi asyiknya, semua diceritakan dengan baik sehingga tidak membuat buku ini penuh sesak. Inti dasar buku ini sih masalah etika profesi gitu. Ada juga sih tentang organisasi profesi. Buku ini awalnya membosankan, tapi lama-lama, begitu konfliknya mulai muncul, buku ini sangat menarik.
Buku ini juga menggambarkan bahwa pada dasarnya analis, psikolog, psikiater adalah manusia biasa yang penuh konflik juga. Membaca buku ini kadang membuat saya ketawa atau senyum-senyum sendiri. Sungguh, rasanya antara pingin teriak 'Ya ampun, yang bener aja deh orang ini?', 'Hah, kok begini sih?', atau 'Oh my Lord!'. Layak baca deh buat orang yang belajar psikologi. :)
Nah, itu tadi buku-buku yang menurut saya bagus banget, yang saya beli tahun lalu. Oh ya, saya ngga ada standar buku seperti apa yang saya suka lho, pokoknya kalo saya suka, ya suka aja. Bisa aja berbeda dengan kamu. :)
Selamat membaca, teman-teman.
Kiki
0 comments