Saya terobsesi dengan daftar. Saya punya beragam jenis daftar: daftar belanja bulanan dan tahunan; daftar belanja buku, fashion, kosmetik; daftar tugas harian, mingguan, dan bulanan; daftar buku yang harus dibaca, film yang harus ditonton, tema esai yang harus ditulis, blog yang harus diisi; kuliah online yang harus diikuti, tugas kuliah yang harus dikerjakan, buku modul yang harus dipelajari; dan lain-lainnya. Bahkan, saya membuat daftar employers, teman, atau orang lain yang harus di telepon, email, atau wa. Di meja kerja saya, banyak sekali kertas-kertas kecil berisi semua daftar baik yang tertempel di dinding (tugas jangka panjang) atau tergeletak di dekat tumpukan buku (tugas harian dan mingguan).
Saya mulai membuat daftar bertahun-tahun lalu. Saya dulu biasa membuat daftar PR untuk minggu depan, buku yang harus dibeli jika tabungan akhir tahun cukup besar, dan film yang ditonton akhir semester setelah UAS. Semasa kuliah, daftar bertambah karena saya harus hidup dan belanja sendiri. Saya pernah beberapa kali pergi belanja, dan di swalayan malah lupa apa yang harus saya beli dan saya malah boros beli banyak barang yang tidak terlalu saya perlukan. Akhirnya, saya membuat tambahan daftar belanjaan bulanan dan tahunan.
Jika niat awalnya mulia, sekarang, tumpukan daftar tersebut sudah melampaui batas kewajaran dan membebani. Daftar film yang harus saya tonton sudah hampir mencapai 500 buah. Di dalam daftar tersebut, ada film terkenal macam Citizen Kane, Bridesmaids, Burning, Marriage Story, Portrait of A Lady on Fire, dan lain-lain. Saya pernah melihat Burning beberapa kali di salah satu aplikasi menonton online, tapi saya tak kunjung bergerak untuk menontonnya. Mungkin sebenarnya memang saya tidak tertarik. Saya hanya menambahkannya dalam daftar karena film-nya menang banyak penghargaan, banyak orang bilang bagus, dan terutama karena pemeran utamanya Yoo Ah In. Tapi dengan semua alasan itu, saya ya ngga nonton-nonton juga.
Daftar buku yang harus saya baca jumlahnya juga lumayan banyak. Tapi memang tidak sebanyak film dalam daftar saya. Sekarang, saya lebih banyak membaca di aplikasi macam ipusnas dan ijakarta yang menyediakan fitur notifikasi jika buku yang saya ingin pinjam tersedia. Jadi saya tidak perlu repot mencatat jika buku yang saya inginkan kosong. Saya hanya membuat daftar buku-buku yang tidak tersedia di kedua aplikasi tersebut. Dan ternyata jumlahnya cukup banyak juga karena mereka tidak memiliki koleksi buku-buku terbaru.
Saya dulu membuat daftar untuk mengurangi beban pikiran. Sekarang, daftar-daftar tersebut justru malah membebani pikiran. Kapan saya punya waktu untuk menonton ratusan film tersebut. Mana semakin hari, lebih banyak film bagus dirilis, daftar saya makin panjang. Begitu juga dengan buku. Saya pikir, saya tidak akan mampu membaca semua buku bagus yang terbit tiap tahun. Jadi hanya yang benar-benar penting, menarik, dan menyenangkan saja yang akan saya pilih.
Saya jadi ingat dulu ketika pertama berkunjung ke perpustakaan pusat Universitas Sanata Dharma, saya terpesona. Koleksi perpustakaannya untuk sastra Indonesia dan Inggris lengkap sekali. Mereka punya hampir semua koleksi sastra klasik dunia, sastra Indonesia, dan bahkan mereka punya buku-buku yang baru terbit. Mereka bahkan punya seri Ensiklopedia Britannica lengkap dan semua naskah pidato Presiden Amerika Serikat. Di luar koleksinya, perpustakaannya bersih sekali. Tiap beberapa rak, saya pasti melihat petugas kebersihan yang me-lap buku-buku. Bahkan, salah satu mimpi terindah saya, saya dapat warisan perpustakaan ini dari dosen. Mimpinya agak ajaib sih, bagaimana bisa saya dapat warisan perpustakaan universitas? :)
Apa yang saya lakukan di perpustakaan itu? Pada waktu itu, karena status saya hanya sebagai mahasiswa kursus, saya hanya punya hak untuk membaca di tempat. Jadi, yang saya lakukan hanya membaca koleksi-koleksi klasik mereka. Pada saat itu, saya terlalu serakah. Saya hanya membaca satu buku yang saya pikir tidak tersedia di tempat lain, dan tanpa menyelesaikan buku tersebut, saya beralih ke buku lainnya. Begitu seterusnya. Sampai kursus saya selesai, tidak ada satu buku pun yang selesai saya baca.
Begitu juga yang terjadi dengan semua daftar yang saya buat. Saat hendak nonton film dari daftar, saya malah bingung mana yang harus saya tonton dulu, Burning atau The Last Princess atau Memories of Sword. Mungkin, daftar memang harus disederhanakan saja. Hanya yang benar-benar penting dan memang akan dinikmati saja yang ditulis. Sudah waktunya saya membuang daftar-daftar lama yang sudah tidak 'spark joy', dan membuat daftar baru yang benar-benar penting untuk saya.
Selanjutnya, mungkin saya juga harus mengurangi jumlah dokumen pdf jurnal dan buku di laptop. Mana yang benar-benar akan saya baca, dan mana yang berpotensi hanya akan berada di sana terus tanpa disentuh lagi.
0 comments